JAKARTAMU.COM | Umat Kristiani merayakan Natal dengan suasana khidmat di tengah konflik berdarah antara Israel dan Palestina di Gaza. Itu menjadi perayaan Natal yang muram di Bethlehem, Tepi Barat, yang diyakini umat Kristiani sebagai tempat kelahiran Yesus Kristus.
Suasana Natal tahun ini memang terasa berbeda. Biasanya, Manger Square di pusat kota Bethlehem dihiasi dengan lampu-lampu meriah dan pohon Natal raksasa, dipadati turis, dan diiringi marching band. Namun, tahun ini, kemeriahan itu tidak terlihat.
“Tahun ini, kami membatasi kegembiraan kami,” ujar Wali Kota Bethlehem Anton Salman kepada kantor berita AFP.
Baca juga: Hambat Peradaban Palestina, Tujuan Israel Ciptakan Krisis di Gaza
Perayaan Natal tahun ini lebih berfokus pada aspek religius. Misa tengah malam di Gereja Kelahiran tetap diadakan, dipimpin oleh Patriark Latin Gereja Katolik. Namun, suasana perayaan lebih khidmat dan sederhana.
Para pramuka Palestina berbaris tanpa suara di jalan-jalan, membawa papan bertuliskan “Kami menginginkan kehidupan, bukan kematian.” Pasukan keamanan Palestina juga tampak berjaga di sekitar Gereja Kelahiran.
“Pesan dari Bethlehem selalu tentang perdamaian dan harapan,” kata Salman. “Hari ini, kami juga mengirimkan pesan kami kepada dunia: perdamaian dan harapan, tetapi bersikeras bahwa dunia harus bekerja untuk mengakhiri penderitaan kami sebagai rakyat Palestina.”
Pada Selasa (24/12/2024), umat kristiani Bethlehem, bersama dengan puluhan peziarah asing, berdoa di Gereja Kelahiran yang disebut hampir kosong dibandingkan dengan keadaan biasanya pada Malam Natal, ketika lapangan tersebut biasanya dipenuhi turis dan umat beribadah dari seluruh dunia.
Baca juga: Paus Fransiskus Kecam Serangan Israel di Gaza: Ini Kekejaman, Bukan Perang
Issa Thaljieh, pendeta komunitas Yunani Ortodoks di Bethlehem, menggambarkan kota ini “sedih dan suram” akibat perang di Jalur Gaza yang masih berlangsung.
Nida Ibrahim dari Al Jazeera, melaporkan dari Manger Square, mengatakan bahwa sebelum perang, pusat kota ini dipenuhi oleh orang-orang pada hari Natal. “Akan ada lampu di mana-mana. Selain itu, akan ada panggung utama di mana lagu-lagu dan lagu-lagu Natal akan dibawakan sebagai persiapan untuk musim perayaan ini,” katanya.
Di Bethlehem, Natal bukan hanya perayaan bagi umat Kristiani, tetapi juga hari libur nasional di mana umat Muslim dan Kristen “merasa bahwa ini adalah kesempatan bagi mereka untuk merasakan sukacita karena mereka hidup di bawah pendudukan militer selama beberapa dekade”, tambah Ibrahim.
Namun, penduduk kota itu “sangat sedih” melihat warga Palestina di Gaza menghadapi pengeboman yang terus berlanjut, yang telah menewaskan lebih dari 45.000 orang sejak Oktober tahun lalu.