Sabtu, Juli 26, 2025
No menu items!

Batu dari Mars Terbesar Terjual Rp86 Miliar

Must Read

SEBUAH batu antariksa seberat 24,5 kilogram mengundang perhatian penawar anonim di ruang lelang Sotheby’s New York, dua pekan lalu. Maklum, batu adalah NWA 16788, meteorit Mars terbesar yang pernah ditemukan di Bumi. Harga jualnya menembus USD5,3 juta atau sekitar Rp86,7 miliar (kurs dolar Rp16.345).

Batu ini ditemukan pada November 2023 di kawasan Agadez, wilayah gersang di Niger. Dalam dunia meteorit, ukurannya tergolong luar biasa. “Sekitar 70% lebih besar dari potongan Mars terbesar berikutnya yang pernah ditemukan di Bumi,” tulis rumah lelang Sotheby’s dalam pernyataan tertanggal 8 Juli, dikutip dari CNN.

Umumnya, meteorit Mars berbentuk pecahan kecil. NWA 16788, dengan bobot 54 pon, melampaui ukuran lazim dan menjadi spesimen monumental. Label ini tentu saja tak dilekatkan sembarangan.

Dunia hanya mengenal sekitar 400 meteorit Mars yang pernah ditemukan di Bumi. Selain karena ukurannya, NWA 16788 menonjol juga karena warnanya. Meteorit itu memberikan koneksi nyata ke planet merah, tetangga Bumi yang telah lama memikat imajinasi manusia.

“Terkikis oleh perjalanannya melintasi ruang dan waktu, ukurannya yang luar biasa dan warna merahnya yang khas menjadikannya penemuan langka,” kata Cassandra Hatton, wakil ketua bidang sains dan sejarah alam di Sotheby’s.

Analisis komposisi internal menunjukkan bahwa batu ini kemungkinan terlempar dari Mars akibat hantaman asteroid yang cukup kuat hingga mengubah sebagian materinya menjadi kaca. Lapisan kaca pun tampak pada permukaan meteorit, terbentuk saat ia menembus atmosfer Bumi dan memperlambat lajunya.

Namun keberadaan meteorit ini dalam pasar lelang memunculkan perdebatan. Beberapa ilmuwan merasa keberatan karena khawatir benda bersejarah ini justru akan disembunyikan di balik pintu brankas pribadi. “Akan sangat disayangkan jika benda ini lenyap begitu saja ke dalam brankas seorang oligarki,” ujar Steve Brusatte, profesor paleontologi dan evolusi di Universitas Edinburgh.

“Benda ini seharusnya berada di museum, tempat benda ini dapat dipelajari, dan tempat benda ini dapat dinikmati oleh anak-anak, keluarga, dan masyarakat umum,” lanjutnya.

Namun pandangan berbeda datang dari Julia Cartwright, ilmuwan planet dari Universitas Leicester. Baginya, perdagangan meteorit justru memungkinkan kemajuan ilmu pengetahuan.

“Jika tidak ada pasar untuk mencari, mengumpulkan, dan menjual meteorit, koleksi kami tidak akan sebanyak ini, dan inilah yang mendorong perkembangan sains!” katanya. Ia menggambarkan relasi antara kolektor dan ilmuwan sebagai “hubungan simbiosis.”

Cartwright mengakui, akan sangat baik jika batu seunik NWA 16788 bisa dipelajari atau dipamerkan untuk publik. Meski begitu, ia menyebut bahwa sampel referensi meteorit tersebut sudah diamankan di Observatorium Gunung Ungu, Tiongkok.

“Minat ilmiahnya akan tetap ada, dan pemilik barunya mungkin sangat tertarik untuk belajar darinya, jadi kita mungkin masih bisa mendapatkan banyak ilmu pengetahuan dari sini,” ujarnya.

Pasar meteorit bukan fenomena baru. Pada Februari 2021, sebuah meteorit Mars dengan atmosfer planet yang terperangkap di dalamnya juga terjual dalam lelang di Christie’s. Nilainya mencapai USD200.000, melampaui jauh taksiran awal sebesar USD30.000–50.000. Namun NWA 16788 jelas berada di kelasnya sendiri. Batu merah dari Mars ini kini berpindah tangan, tak diketahui ke mana, tapi kehadirannya masih menyisakan pertanyaan: siapa yang kini menggenggam pecahan planet itu, dan apa yang akan dilakukannya dengan warisan langit tersebut? (*)

Dibuka Tari Saman, Kampanye Kesehatan Muhammadiyah yang Terbesar di Pulau Tidung

KEPULAUAN SERIBU, JAKARTAMU.COM | Derap tepuk tangan dan gerak serempak sepuluh siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 26 Jakarta menjadi...

More Articles Like This