Selasa, Mei 13, 2025
No menu items!

Islam dan Nasrani: Penyebaran Islam yang Cepat

Must Read
Miftah H. Yusufpati
Miftah H. Yusufpati
Sebelumnya sebagai Redaktur Pelaksana SINDOWeekly (2010-2019). Mulai meniti karir di dunia jurnalistik sejak 1987 di Harian Ekonomi Neraca (1987-1998). Pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Majalah DewanRakyat (2004), Wakil Pemimpin Harian ProAksi (2005), Pemimpin Redaksi LiraNews (2018-2024). Kini selain di Jakartamu.com sebagai Pemimpin Umum Forum News Network, fnn.co.Id. dan Wakil Pemimpin Redaksi Majalah FORUM KEADILAN.

JAKARTAMU.COM | Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia dalam waktu singkat. Sebelum Nabi Muhammad wafat, Allah telah menyempurnakan agama ini bagi kaum Muslimin. Dalam pada itu Rasul pun telah meletakkan landasan penyebaran agama itu: dikirimnya misi kepada Kisra, kepada Heraklius dan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa lain supaya mereka sudi menerima Islam.

“Tak sampai 150 tahun sesudah itu, bendera Islam sudah berkibar sampai ke Andalusia di Eropa sebelah barat, ke India, Turkestan, sampai ke Tiongkok di Asia Timur, juga telah sampai ke Syam –meliputi Syuriah, Lebanon, Yordania dan Palestina sekarang–, Irak, Persia dan Afganistan, yang semuanya sudah menerima Islam,” tulis Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul “Sejarah Hidup Muhammad” (Pustaka Jaya, 1980).

Selanjutnya, negeri-negeri Arab dan kerajaan Arab, sampai ke Mesir, Cyrenaica, Tunisia, Aljazair, Maroko, -sekitar Eropa dan Afrika- telah dicapai oleh misi Rasulullah SAW.

Dan sejak waktu itu sampai masa kita sekarang ini panji-panji Islam tetap berkibar di semua daerah itu, kecuali Spanyol yang kemudian diserang oleh Kristen dan penduduknya disiksa dengan bermacam-macam cara kekerasan. Tidak tahan lagi mereka hidup. Ada di antara mereka yang kembali ke Afrika, ada pula yang karena takut dan ancaman, berbalik agama berpindah dari agama asalnya kepada agama kaum tiran yang menyiksanya.

Hanya saja, kata Haekal, apa yang telah diderita Islam di Andalusia sebelah barat Eropa itu ada juga gantinya tatkala kaum Utsmani (Turki) memasukkan dan memperkuat agama Muhammad di Konstantinopel.

Dari sanalah ajaran Islam itu kemudian menyebar ke Balkan, dan memercik pula sinarnya sampai ke Rusia dan Polandia sehingga berkibarnya panji-panji Islam itu berlipat ganda luasnya daripada yang di Spanyol.

Menurut Haekal, sejak dari semula Islam tersebar hingga masa kita sekarang ini memang belum ada agama-agama lain yang dapat mengalahkannya. Dan kalaupun ada di antara umat Islam yang ditaklukkan, itu hanya karena adanya berbagai macam kekerasan, kekejaman dan despotisma, yang sebenarnya malah menambah kekuatan iman mereka kepada Allah, kepada hukum Islam, dengan memohonkan rahmat dan ampunan daripadaNya.

Islam dan Nasrani

Haekal mengatakan kekuatan inilah yang telah menyebabkan Islam itu tersebar, telah dikonfrontasikan langsung dengan pihak Nasrani yang menghadapinya dengan sikap permusuhan yang sengit sekali.

Nabi Muhammad telah berhasil melawan paganisme dan mengikisnya dari negeri-negeri Arab, seperti juga yang kemudian dilakukan oleh para penggantinya yang mula-mula, di Persia, di Afganistan dan tidak sedikit pula di India.

Para khalifah telah dapat juga mengalahkan kaum Nasrani di Hira, di Yaman, Syam, Mesir dan sampai ke pusat Nasrani sendiri di Konstantinopel.

Seperti halnya dengan paganisme, kata Haekal, selama beberapa abad terus-menerus antara pengikut-pengikut Isa dan pengikut-pengikut Muhammad telah terjadi peperangan yang terus-menerus.

Peperangan itu tidak terbatas pada pedang dan meriam saja, malah juga diteruskan sampai ke bidang-bidang perdebatan dan pertentangan teologis yang dibawa oleh pejuang-pejuang itu, masing-masing atas nama Muhammad dan atas nama Isa, masing-masing mencari jalan mempengaruhi umum dan beragitasi membangkitkan fanatisme dan semangat rakyat jelata.

Islam melarang kaum Muslimin merendahkan kedudukan Isa – karena dia hamba Allah yang diberiNya kitab dan dijadikanNya seorang nabi, dijadikan-Nya ia orang yang beroleh berkah di mana pun ia berada, diperintahkan-Nya ia melakukan sembahyang, mengeluarkan zakat selama ia masih hidup, dijadikan-Nya ia orang yang berbakti kepada ibunya, dan tidak pula dijadikan orang yang pongah dan celaka. Bahagia ia tatkala dilahirkan, tatkala ia wafat dan tatkala ia dibangkitkan hidup kembali.

Dari kalangan Masehi, banyak di antara mereka yang menyindir Nabi Muhammad dan menilainya dengan sifat-sifat yang tak layak dikatakan oleh kaum terpelajar.

Hal ini mereka lakukan sebagai pelampiasan kebencian dalam hati serta untuk membangkitkan emosi publik. Meskipun secara formal Perang Salib telah lama berakhir, fanatisme gereja Kristen terhadap Muhammad justru mencapai puncaknya pada masa-masa berikutnya.

Bahkan, mungkin saja masih terus berlangsung—- kalaupun tidak meningkat—- meski kini dilakukan secara terselubung, dibungkus dalam berbagai bentuk misi. Fenomena ini tidak hanya terbatas pada institusi gereja, tetapi juga merambah hingga ke kalangan penulis dan cendekiawan Eropa serta Amerika, yang sejatinya tidak memiliki hubungan langsung dengan gereja.

Hal ini bisa menimbulkan keheranan, mengingat kita hidup di zaman yang dianggap sebagai zaman pencerahan dan ilmu pengetahuan—yang idealnya juga merupakan era toleransi dan kelapangan hati.

Sahabat Sejati, Lentera Hati

DI antara riuh dunia yang penuh puja, Ada satu jiwa yang diam-diam menjaga. Bukan yang datang kala tawa berbunga, Tapi yang setia...
spot_img
spot_img

More Articles Like This