Sabtu, Mei 24, 2025
No menu items!
spot_img

Kisah Rasulullah SAW Mengabarkan Takdir Utsman bin Affan

Must Read

JAKARTAMU.COM | Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah mengabarkan kepada Utsman bin Affan dan para sahabat secara berulang-ulang bahwa akan terjadi fitnah yang akan menimpa Utsman dan para sahabat beliau yang berada di atas kebenaran.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga mengisyaratkan agar mengikuti beliau (Utsman) ketika fitnah itu terjadi. Di antara riwayat yang sahih mengenai hal ini adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu. Ia berkata: Rasulullah SAW menyebutkan adanya fitnah, lalu seseorang lewat dan Nabi bersabda, “Orang yang memakai penutup muka ini akan terbunuh pada saat itu.”

Abdullah bin Umar mengatakan, “Aku melihat bahwa orang tersebut adalah Utsman bin Affan.”

Ka’ab bin Murrah al-Bahziz meriwayatkan kisah serupa. Ia mendengar Rasulullah menyebutkan tentang fitnah, lalu tiba-tiba Utsman datang dalam keadaan memakai penutup muka. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun mengisyaratkan kepada Utsman seraya berkata, “Orang ini dan para sahabatnya berada di atas kebenaran dan petunjuk.”

Abdurrahman at-Tamimi dalam bukunya berjudul Utsman bin Affan, Khalifah yang Terzhalimi menyebutkan bahwa baik kedua riwayat ini untuk satu kisah ataupun dua kisah yang berbeda, semuanya mengabarkan bahwa Nabi SAW menjelaskan akan terbunuhnya Utsman dalam fitnah. Riwayat Ka’ab menambahkan bahwa Utsman dan para sahabatnya berada di atas kebenaran saat fitnah itu terjadi.

Salah satu indikasi bahwa Ka’ab ingin mengetahui lebih jelas siapa orang yang dimaksud oleh Nabi SAW adalah ketika ia mendatangi orang tersebut, memegang kedua pundaknya, dan ternyata orang itu adalah Utsman bin Affan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menyambutnya. Ka’ab berkata, “Apakah ini orangnya?” Nabi menjawab, “Ya.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad, 4/109)

Riwayat lainnya datang dari Abu Hurairah. Ketika rumah Utsman dikepung, Abu Hurairah meminta izin untuk berbicara dengan beliau. Setelah diizinkan, Abu Hurairah berdiri, memuji Allah, lalu berkata: “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Sesungguhnya kalian akan menghadapi fitnah dan perselisihan sepeninggalku.’ Salah seorang bertanya, ‘Apa yang harus kami lakukan, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Wajib bagi kalian bersama Al-Amin dan para sahabatnya.’ Lalu beliau menunjuk kepada Utsman.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad, 4/105)

Riwayat lainnya adalah penentuan waktu terjadinya fitnah, sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Poros Islam berputar pada tahun ke-35, 36, atau 37…” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad, 1/390). Dan Allah pun menetapkan bahwa peristiwa itu terjadi pada tahun 35 H, dengan pecahnya fitnah hingga terbunuhnya Utsman Radhiyallahu ‘anhu. (Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, 2/705, oleh Al-Albani)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga menyamakan fitnah ini dengan fitnah Dajjal dalam hal besarnya daya tarik yang ditimbulkan. Barang siapa yang selamat dari keduanya, maka ia akan benar-benar selamat.

Seperti yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Hawalah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barang siapa yang selamat dari tiga hal, maka ia akan selamat.” Hal ini beliau ulangi tiga kali, yaitu: wafatku, Dajjal, dan terbunuhnya seorang khalifah yang bersabar di atas kebenaran dan pasrah.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad, 4/105)

Abdurrahman at-Tamimi menyatakan bahwa telah diketahui bahwa khalifah yang terbunuh dalam keadaan bersabar di atas kebenaran dan pasrah untuk dibunuh adalah Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu. Semua tanda menunjukkan bahwa khalifah yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah beliau.

Dalam hadis ini—wallahu a’lam—terdapat isyarat penting tentang perlunya menyelamatkan diri dari fitnah, baik secara fisik maupun maknawi. Secara fisik, ini terjadi saat fitnah berlangsung, berupa penghasutan, pengumpulan massa, pembunuhan, dan sebagainya. Secara maknawi, ini terjadi setelah fitnah dengan tenggelam dalam kebatilan dan berbicara tanpa kebenaran.

Hadis ini bersifat umum bagi umat ini, dan tidak terbatas pada mereka yang hidup di zaman fitnah tersebut.

Wallahu a’lam.

Adab Haji Agar Memperoleh Haji yang Mabrur Menurut Al-Qathani

JAKARTAMU.COM | Syaikh Said bin Ali bin Wahf al-Qahthani, dalam bukunya yang berjudul "Min Adab Al-Haju", menyebutkan berbagai adab...
spot_img
spot_img
spot_img

More Articles Like This