Anak yang tewas itu antara lain Mohammed Abu Hilal. Bocah berusia satu tahun meninggal bersama sang ibu yang sedang hamil tujuh bulan dalam serangan udara Israel di kamp al-Mawasi, lokasi yang disebut Israel sebagai zona aman. Ayahnya, Alaa, telah mengirim mereka ke sana dengan harapan dapat menjaga mereka tetap aman.
“Oh, anakku sayang, pergilah ke surga, kamu akan menemukan semua mainanmu di sana,” teriak sang ayah yang patah hati sambil memegang tubuh tak bernyawa putranya .
Mohammed termasuk di antara 895 anak berusia satu tahun – dan 935 anak bernama Mohammed – yang terbunuh akibat serangan Israel.

3.266 Anak Usia Prasekolah
Mereka berusia dua hingga lima tahun yang tidak punya kesempatan bermain, menemukan hal baru, dan keajaiban sederhana dari masa tumbuh kembang. Salah satunya adalah Reem. Dia baru berusia tiga tahun ketika terbunuh bersama Tarek, saudara laki-lakinya yang berusia lima tahun. Serangan udara Israel di rumah keluarga mereka di kamp pengungsi Nuseirat pada bulan November 2023 membuat keduanya tewas.
Sebuah video memperlihatkan kakeknya, Khaled Nabhan, memeluk erat jasadnya dan memanggilnya “Jiwa dari jiwaku ” tersebar luas, yang melambangkan penderitaan luar biasa yang dialami penduduk Gaza.
Khaled sangat menyayangi cucu perempuannya yang tercinta dan mengingat dengan sedih bagaimana cucunya itu menyambutnya dengan pelukan setiap hari. Pada tanggal 16 Desember 2024, Khaled, yang mendedikasikan waktunya untuk membantu mereka yang membutuhkan, juga terbunuh oleh serangan Israel.
4.032 Anak Usia SD (6-10 Tahun)
Mereka meninggalkan ruang kelas dan seragam sekolah yang jarang dipakai. Salah satunya adalah Hind Rajab, anak berusia lima tahun yang cerdas. Keluarga dan tetangga menyebutnya sebagai anak yang ”hidup” karena rasa ingin tahu yang besar.