Oleh Lambang Saribuana | Ketua Lazismu Wilayah DKI Jakarta
NADI dakwah Muhammadiyah di DKI Jakarta terus berdenyut dari tingkat ranting, cabang, daerah, hingga wilayah. Di sana ada sekelompok orang baik yang ikhlas mewakafkan waktunya untuk persyarikatan. Mereka adalah orang-orang yang jarang disebut namanya, jarang muncul fotonya, apalagi terpajang di baliho-baliho besar.
Mereka luput dari sorotan kamera, tak pernah disebut saat Hari Bermuhammadiyah. Tidak pula muncul di berita-berita di Jakartamu.com. Tapi merekalah yang setia berjibaku dalam dakwah, tanpa pamrih.
Merekalah yang berdiri tegak dan paling depan dalam menggerakkan amal usaha Muhammadiyah yang tampak megah. Mereka memimpin pengajian di musala dan masjid, mengurus amal usaha yang mungkin kecil di mata orang, dan setia mendampingi warga marginal di tengah hiruk-pikuk ibu kota.
Namun ada satu hal yang sering terlupakan, yaitu anak-anak mereka. Banyak dari para kader ini adalah aktivis Muhammadiyah sejati. Tapi kehidupan mereka tetap sederhana, tersempil di gang-gang sempit Jakarta. Di balik kesibukan mereka membela umat, tak sedikit anak-anak mereka yang harus berjuang keras untuk bisa kuliah. Bahkan, beberapa terpaksa berhenti kuliah karena terbentur biaya.
Padahal, kita memiliki instrumen yang sangat potensial untuk menjawab persoalan ini: Beasiswa Sang Surya dari Lazismu. Selama ini, program ini sudah berjalan baik. Menyasar kalangan duafa, dan membantu mahasiswa dari keluarga tidak mampu. Kita juga harus mengakui bahwa banyak kader persyarikatan yang telah merasakan manfaatnya.
Mungkin sudah saatnya kita mengembalikan beasiswa ini ke akarnya. Sudah saatnya kita mulai memikirkan penyusunan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang baku bagi para penerima manfaat. Menentukan KPI (Key Performance Index) yang jelas dan terukur, sebagai bentuk penghormatan nyata terhadap para kader dan pimpinan Muhammadiyah yang telah mendedikasikan hidupnya untuk dakwah dan persyarikatan.
Saya sangat berharap, Beasiswa Sang Surya, terutama yang dikelola Kantor Layanan Lazismu (KL) berbasis Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), dapat diarahkan secara khusus untuk membantu pendidikan anak-anak para pimpinan Muhammadiyah di semua tingkatan. Mulai dari cabang, daerah, hingga wilayah.
Ini bukan semata-mata uang kuliah, melainkan soal keberpihakan Amal Usaha Muhammadiyah terhadap kadernya sendiri.
Saya bermimpi…
Anak-anak seluruh pimpinan PCM bisa kuliah gratis. Anak-anak seluruh pimpinan PDM bisa kuliah gratis. Anak-anak seluruh pimpinan PWM bisa kuliah gratis. Anak-anak seluruh ketua, sekretaris, dan bendahara MLO (Majelis, Lembaga, dan Ortom) PWM DKI Jakarta pun bisa kuliah gratis.
Saya bermimpi…
Kita bersama-sama memberikan pendidikan terbaik bagi kader. Menjamin biaya kuliah mereka. Karena sejatinya, yang sedang kita bangun adalah generasi penerus Muhammadiyah. Sejatinya, kita tengah membangun peradaban di atas kapal besar bernama Muhammadiyah.
Dalam konteks ini, Kantor Layanan Lazismu berbasis PTM bisa mengambil peran lebih besar. Tidak hanya sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana zakat. Tetapi melangkah lebih jauh sebagai instrumen strategis, sebagai penggerak utama dalam kaderisasi Muhammadiyah. (*)