Sabtu, Mei 24, 2025
No menu items!
spot_img

Nasihat Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani tentang Kesabaran dan Keikhlasan Menghadapi Takdir

Must Read
Miftah H. Yusufpati
Miftah H. Yusufpati
Sebelumnya sebagai Redaktur Pelaksana SINDOWeekly (2010-2019). Mulai meniti karir di dunia jurnalistik sejak 1987 di Harian Ekonomi Neraca (1987-1998). Pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Majalah DewanRakyat (2004), Wakil Pemimpin Harian ProAksi (2005), Pemimpin Redaksi LiraNews (2018-2024). Kini selain di Jakartamu.com sebagai Pemimpin Umum Forum News Network, fnn.co.Id. dan Wakil Pemimpin Redaksi Majalah FORUM KEADILAN.

JAKARTAMU.COM | Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani menyampaikan bahwa adalah hal yang aneh jika kita marah kepada Tuhan dan menganggap Yang Mahakuasa dan Mahaagung tidak adil, menahan rezeki, atau tidak menghindarkan musibah dari kita.

Dalam kitanya Futuh Al-Ghaib, ia mengatakan, “Tidakkah kau tahu bahwa setiap kejadian ada waktunya, dan setiap musibah ada akhirnya? Keduanya tidak bisa dimajukan atau ditunda. Masa-masa musibah tidak berubah, hingga datang kebahagiaan.”

Syaikh Abdul Qadir menegaskan bahwa masa-masa kesulitan akan berlalu, dan kemudahan akan datang. Oleh karena itu, “Berlakulah dengan baik, diamlah, bersabarlah, berpasrahlah, dan ridhalah kepada Tuhanmu. Bertobatlah kepada Allah,” katanya.

Ia mengingatkan bahwa di hadapan Allah tidak ada tempat untuk menuntut atau membalas dendam atas sesuatu yang terjadi, karena segala yang terjadi adalah kehendak-Nya, Yang Maha Bijaksana dan Mahaagung.

Selanjutnya, Syaikh Abdul Qadir mengingatkan bahwa kita tidak boleh menisbahkan kesalahan kepada tindakan Tuhan. Sebaliknya, lebih baik menunggu kemudahan datang saat kita merasakan kepudaran kepatuhan kita terhadap-Nya, seperti musim panas yang datang setelah musim dingin, dan siang yang datang setelah malam.

Ia juga menjelaskan bahwa permohonan yang sia-sia adalah ketika kita meminta sesuatu yang tidak sesuai dengan takdir-Nya, seperti memohon siang datang ketika malam semakin pekat. Pada akhirnya, siang akan datang dengan sendirinya, entah kita kehendaki atau tidak. Ia mengajarkan bahwa kita tidak boleh meminta sesuatu yang tidak sesuai dengan takdir Tuhan karena doa kita tidak akan dikabulkan.

Syaikh Abdul Qadir menegaskan bahwa berdoa kepada Allah adalah hal yang benar dan sesuai dengan perintah-Nya. “Mohonlah kepada-Ku, maka akan Kuterima permohonanmu,” (QS 40:60) dan “Mintalah kepada Allah karunia-Karunia-Nya,” (QS 4:32).

Namun, doa kita akan diterima pada waktunya sesuai dengan kehendak Allah, dan jika tidak dikabulkan di dunia, pahala akan diberikan di akhirat.

Ia juga mengingatkan bahwa kesulitan yang kita alami di dunia ini, jika tidak segera terkabul doanya, tidak akan merugikan kita. Pahala akan tetap dicatat untuk kita di kehidupan kelak. Oleh karena itu, kita tidak perlu merasa kecewa atau putus asa, karena semua yang kita alami sudah ditentukan oleh-Nya dan ada hikmah di balik setiap peristiwa.

Akhirnya, Syaikh Abdul Qadir mengajak kita untuk selalu mengingat Tuhan, ridha terhadap kehendak-Nya, dan tidak meminta kepada selain-Nya. Dalam setiap keadaan, baik itu suka maupun duka, kita harus selalu dalam keadaan pasrah, seperti tubuh yang pasrah di tangan orang yang memandikannya atau bola yang digulirkan oleh pemain polo. Jika kita bersyukur, maka Tuhan akan memberikan lebih banyak lagi karunia-Nya. Sebaliknya, jika kita sabar menghadapi musibah, maka rahmat dan kasih sayang Allah akan datang kepada kita.

Ia juga menjelaskan bahwa ketika kita menolong jalan Allah dengan menentang hawa nafsu, tidak menyalahkan-Nya, dan menerima segala yang terjadi dengan keridhaan, maka Allah akan menjadi penolong kita. Syaikh Abdul Qadir mengingatkan agar kita tidak melakukan aniaya atau melanggar batas, karena jika kita melakukannya, kita akan binasa baik di dunia maupun di akhirat.

Dengan demikian, Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani mengajarkan kita untuk selalu sabar, ikhlas, dan pasrah kepada Allah dalam menghadapi segala ujian hidup, serta senantiasa berdoa dengan rendah hati dan penuh keyakinan bahwa segala yang terjadi adalah kehendak-Nya yang terbaik.

Adab Haji Agar Memperoleh Haji yang Mabrur Menurut Al-Qathani

JAKARTAMU.COM | Syaikh Said bin Ali bin Wahf al-Qahthani, dalam bukunya yang berjudul "Min Adab Al-Haju", menyebutkan berbagai adab...
spot_img
spot_img
spot_img

More Articles Like This