PASAR tradisional selama ini dikenal sebagai pusat ekonomi rakyat. Di dalamnya, pedagang sayur keliling dan UMKM warung sayur menjadi bagian yang tak terpisahkan. Namun, sedikit yang tahu bahwa di balik geliat transaksi itu, ada persaingan bisnis yang cukup ketat antara pedagang sayur keliling, pedagang pasar tradisional, dan warung sayur.
Persaingan ini paling terasa di kawasan perkotaan, terutama di DKI Jakarta. Ketiganya saling berebut perhatian konsumen dengan strategi yang semakin kreatif. Seiring perubahan gaya belanja masyarakat, persaingan pun makin sengit. Kini, banyak warga Jakarta yang lebih memilih menunggu pedagang sayur datang ke depan rumah daripada repot pergi ke pasar.
Mengapa Pedagang Sayur Keliling Makin Diminati? Kelas menengah atas di Jakarta mulai beralih ke pedagang sayur keliling karena beberapa alasan. Pertama, cara berjualan mereka sudah lebih modern. Tak lagi hanya mengandalkan gerobak, kini banyak yang menggunakan mobil bak terbuka yang dimodifikasi. Dengan begitu, jenis sayuran dan kebutuhan dapur yang dibawa jadi lebih beragam dan dalam jumlah lebih banyak.
Kedua, harga sayur yang dijual pedagang keliling tak jauh berbeda dengan harga di pasar tradisional. Ditambah lagi, konsumen tidak perlu mengeluarkan ongkos transportasi ke pasar. Sistem pembayarannya pun fleksibel—sayur bisa dikirim lebih dulu dan dibayar belakangan, baik mingguan maupun bulanan sesuai kesepakatan.
Meski begitu, pedagang sayur keliling punya keterbatasan waktu. Mereka biasanya hanya beroperasi antara pukul 05.00 hingga 10.00 pagi.

Sementara itu, warung sayur yang berada di perkampungan dan perumahan memiliki keunggulan dari sisi jam operasional. Banyak yang buka dari pagi hingga malam, bahkan ada yang 24 jam. Selain itu, warung sayur juga menjual kebutuhan pokok lainnya seperti buah, beras, minyak, bumbu dapur, ikan asin, dan makanan beku (frozen food).
Letaknya yang dekat dengan permukiman membuat UMKM warung sayur dan sembako mudah dijangkau. Selain itu, bisnis ini cukup fleksibel karena bisa dimulai dengan modal yang relatif kecil.
Meski semakin banyak pesaing, pasar tradisional tetap punya tempat di hati sebagian masyarakat. Keunggulan utamanya terletak pada harga yang lebih murah, terutama untuk produk segar seperti sayuran dan buah. Hal ini karena pedagang pasar umumnya mendapatkan barang langsung dari petani, tengkulak, atau distributor besar.
Namun, konsumen tetap harus meluangkan waktu dan tenaga untuk datang ke pasar yang biasanya hanya buka di jam-jam tertentu.
Bagaimana dengan Supermarket? Pasar modern ini menawarkan kenyamanan lebih, mulai dari tempat yang bersih dan ber-AC, sistem belanja mandiri, hingga layanan tambahan seperti pengantaran barang dan program diskon untuk member. Namun, harga barang di supermarket umumnya lebih tinggi dibandingkan pasar tradisional, pedagang keliling, atau warung sayur.
Pedagang sayur keliling unggul dalam fleksibilitas layanan, warung sayur kuat dalam ketersediaan barang dan waktu operasional, sementara pasar tradisional masih juara dalam hal harga produk segar. Di sisi lain, supermarket menang di aspek kenyamanan dan variasi produk. (*)