Oleh Agusto Sulistio | Mantan Kepala Aksi Advokasi PIJAR era tahun 90an, aktif di Indonesia Democracy Monitor (InDemo)
HARI ini, Kamis 1 Mei 2025, Jakarta menjadi saksi sejarah yang menghangatkan kembali nadi bangsa. Ratusan ribu buruh dari seluruh penjuru negeri memadati Lapangan Monas yang penuh sejarah nasional, bukan sekadar memperingati Hari Buruh Internasional, tapi menyaksikan momen yang mengguncang kesadaran kolektif bangsa. Untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga dekade, seorang Presiden Republik Indonesia berdiri langsung di tengah massa buruh. Prabowo Subianto, mantan jenderal yang dulu dicitrakan keras, kini hadir sebagai pemimpin yang menyalakan lilin harapan di tengah ratusan massa buruh dan lorong gelap sejarah Marsinah serta gejolak ekonomi dunia yang mengguncang banyak negara.
Kehadiran Prabowo tidak berhenti pada simbolisme. Ia datang dengan tekad dan langkah nyata. Dalam pidatonya yang bergema kuat, ia menegaskan bahwa buruh bukan sekadar alat produksi, tapi kekuatan utama dalam menopang berdirinya bangsa. “Negara ini tidak akan besar tanpa buruh. Negara ini akan kuat jika buruh dan negara bersatu,” tegasnya. Ucapan itu disambut dengan sorak semangat, dan wajah sumringah buruh pekerja dibawah terik matahari, bukan hanya karena nadanya, tetapi karena momentum dan konsistensinya.
Lebih dari itu, Prabowo mengambil keputusan monumental, menginiasi Marsinah sebagai Pahlawan Nasional. Seorang aktivis buruh perempuan yang dibungkam, dan direnggut nyawanya secara keji pada 1993, kini namanya diangkat dari lorong kelam sejarah menuju cahaya pengakuan negara. Ini bukan hanya penebusan moral, tetapi pesan kuat bahwa negara belajar dari masa lalunya dan memilih untuk tidak menutup mata lagi atas kejahatan terhadap pekerja.
Momentum ini tidak hadir dalam ruang kosong. Peringatan Hari Buruh May Day 2025 berlangsung di tengah transisi penting dari pemerintahan Joko Widodo ke Prabowo Subianto yang penuh resiko dan manuver politik ditengah dunia sedang diguncang kembali perang tarif Amerika terhadap Asia dan fluktuasi geopolitik global. Di tengah ketidakpastian itulah, Prabowo memilih arah taktis yang visioner, memperkuat basis ekonomi domestik lewat kesejahteraan buruh sebagai benteng utama ekonomi nasional.
Langkah-langkah kebijakan yang diluncurkan sejak 100 hari pertama kepemimpinan Prabowo tak hanya telah menaikkan upah buruh, lebih dari itu ia telah menunjukkan komitmen yang tak main-main, yakni:
Pembentukan Dewan Kesejahteraan Buruh Nasional, yang berfungsi mengevaluasi ulang seluruh regulasi ketenagakerjaan agar lebih berpihak pada kesejahteraan pekerja sebagai subjek pembangunan, bukan sekadar objek produksi.
Revisi Omnibus Law Ketenagakerjaan, sebagai respons atas suara kritis gerakan buruh sejak 2020. Revisi ini memuat perlindungan yang lebih kuat terhadap hak pekerja, menghapus celah eksploitasi, dan menempatkan buruh sebagai mitra strategis dalam pembangunan.
Pengesahan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga dan Pekerja Kelautan yang selama ini termarginalkan, menjadi prioritas. Ini merupakan keberpihakan konkret terhadap kelompok rentan yang selama ini luput dari perhatian negara.
Penguatan Satgas PHK, yang secara langsung menangani lonjakan pemutusan hubungan kerja akibat perlambatan ekspor dan ketidakpastian global.
Insentif Pajak bagi Industri Padat Karya, khususnya yang menyerap tenaga kerja lokal dalam jumlah besar, untuk memastikan keberlanjutan lapangan kerja di tengah tekanan global.
Pogram Dana Rakyat Mandiri, sebuah skema pembiayaan usaha kecil berbasis koperasi pekerja, yang memungkinkan buruh membentuk unit usaha produktif pasca jam kerja atau saat masa PHK menimpa.
Peta Jalan Indonesia Bekerja”, sebuah dokumen kebijakan nasional lintas kementerian yang mengintegrasikan penguatan pelatihan vokasi, peningkatan produktivitas tenaga kerja, hingga pembukaan lapangan kerja baru di sektor digital dan hijau.
Lngkah-langkah ini dikerjakan secara simultan, bukan hanya sekadar instruksi, tetapi dengan penyusunan regulasi, sinergi antarkementerian, serta melibatkan perwakilan serikat buruh dalam setiap tahapan. Prabowo menunjukkan bahwa reformasi ketenagakerjaan tidak cukup dengan kata-kata, melainkan harus digerakkan dengan instrumen negara yang tegas, inklusif, dan jangka panjang.
Nasionalisme Ekonomi Berbasis Pekerja
Dari berbagai sumber terpercaya tentang ekonomi glabal dinyatakan dunia sedang bergerak ke arah deglobalisasi dan tekanan pasar global, namun kecerdasan dan ketegasan Prabowo mengambil jalur nasionalisme ekonomi berbasis pekerja. Ia tidak sekadar menunggu investasi asing masuk, tapi memulai dari dalam, membangkitkan daya beli rakyat, menstabilkan konsumsi domestik, dan memperkuat rasa aman sosial.
Strategi ini bukan hanya soal ekonomi, tapi pertahanan sosial. Di tengah fluktuasi harga pangan, depresiasi mata uang, dan ketergantungan ekspor, buruh yang sejahtera adalah benteng terakhir yang menjaga republik dari keguncangan.
Langkah Ketua Umum KSPSI Jumhur Hidayat untuk merangkul pemerintah dan menjadikan serikat pekerja sebagai mitra kritis telah membuka jalan baru dalam hubungan buruh dan negara. Tidak lagi sekadar demonstratif, tapi transformatif. Jumhur tidak menjual suara buruh, tetapi memindahkannya dari jalanan ke pusat pengambilan keputusan. Ini adalah era baru, ketika buruh tidak hanya didengar, tapi diajak bicara dalam desain besar pembangunan ekonomi nasional.
Tentu sejarah akan terus menguji konsistensi. Apakah Prabowo akan menepati semua janji, atau kembali hanyut dalam arus kekuasaan? Tentu langkah dan keseriusannya adalah menjawaban diawal kepemimpinannya yang patut diapresiasi.
Di momen hari ini, sejarah telah mencatat satu hal, Prabowo menyalakan lilin di tengah lorong gelap sejarah perburuhan Indonesia. Ia tidak menyapu luka masa lalu, tapi menghadapinya. Ia tidak bersembunyi dari kritik, tetapi menjemputnya.
Kemudian ketika nama Marsinah disambut tepuk tangan, bukan hanya oleh para buruh tapi oleh negara, maka terang kecil itu mulai tumbuh menjadi cahaya besar, bahwa Indonesia tengah menulis babak baru peradabannya lebih adil, lebih manusiawi, dan lebih berpihak pada mereka yang paling sering dilupakan.
Prabowo The Last Emperor sebuah kenyataan ditengah riak-riak transisi kekuasaan dan untuk tiba bersama ke garis perubahan terdepan mari kita bersatu wukudkan cita-cita para pendiri bangsa dan harapan kita semua.
Semoga Tuhan YME senantiasa menjaga kesehatan, keselamatan, kejernihan berfikir dan bertindak Presiden Prabowo untuk tetap berada di jalur kerakyatan. Aamiin YRA (*)