Minggu, Mei 18, 2025
No menu items!

PUISI: Doa, Zakat Fitri, Tawakal, Rupiah yang Merintih

Must Read

Doa di Pagi Sabtu

Ya Rabb, di pagi yang penuh cahaya,
Ampunilah kami, hamba yang fana,
Juga ayah bunda, keluarga tercinta,
Serta sahabat dalam ukhuwah mulia.

Anugerahkan umur yang bermanfaat,
Sehat, selamat, penuh rahmat,
Langkah teguh di jalan lurus,
Hanya ridho-Mu tujuan lurus.

Jadikan syukur di hati mengakar,
Atas nikmat-Mu yang tiada sebentar,
Limpahkan kebaikan dunia akhirat,
Jauhkan kami dari siksa berat.

Ya Allah, Engkaulah tempat bersandar,
Doa dan harap kami haturkan sadar,
Rahmat-Mu luas tak terperi,
Bimbinglah kami hingga abadi.

Zakat Fitri, Cahaya Hati

Di ujung Ramadan yang suci,
zakat fitri hadir menanti,
bukan sekadar harta terbagi,
tapi jiwa yang luruh dan berseri.

Seperti hujan yang menyuburkan,
membersihkan noda yang tertinggal,
dari lisan yang kadang lalai,
dari langkah yang sempat goyah.

Bukan hanya bagi yang memberi,
tapi juga bagi yang menerima,
sebutir beras, sepiring nasi,
bahagia merata di hari mulia.

Zakat fitri, cahaya ukhuwah,
menghapus batas, merajut indah,
satu umat, satu rasa,
syukur tumbuh, berkah melimpah.

Ya Allah, terimalah ini,
sebagai tanda bakti abadi,
agar Ramadan tak sekadar pergi,
tapi berbekas di lubuk hati.

Tawakal, Cahaya di Ujung Lara

Di langit biru terbentang janji,
Hujan dan mentari silih berganti,
Kadang mendung, kadang berseri,
Namun pelangi lahir di hati.

Tak selalu mudah melukis takdir,
Warna-warni hidup tak serta hadir,
Tapi siapa yang pasrah, yang sabar, yang tafakur,
Kan temukan indahnya dalam tak terduga takdir.

Masalah datang, tak berbisik,
Seperti gelombang, deras mengalir,
Namun air mata bukanlah kunci,
Hanya doa yang kan menyingkap tabir.

Serahkan resah, serahkan duka,
Pada Yang Maha, tempat bersandar,
Karena langit takkan membiarkan burungnya lapar,
Karena Allah sebaik-baik Penjaga yang sabar.

Jika hati bergantung pada dunia,
Ia akan jatuh, rapuh, terluka,
Namun yang bertawakal, teguh berdiri,
Meski badai menghantam tak henti-henti.

Maka pasrahkan pada Sang Pengatur,
Yang menggenggam hidup, yang Maha Takdir,
Berserah bukan berarti menyerah,
Tapi percaya bahwa rencana-Nya indah.

Ya Allah, Engkau sebaik-baik Pelindung,
Dalam gelap, cahaya-Mu menyusup,
Tawakal adalah bahtera penyempurna,
Hingga tenang hati di samudra dunia.

Rupiah yang Merintih

Rupiah merintih di sudut negeri,
Lemah tak kuasa menahan diri.
Hari demi hari makin merugi,
Dijerat sistem yang tak peduli.

Di pasar dunia ia terombang,
Seperti daun jatuh melayang.
Dijadikan permainan licik,
Oleh kapital yang tamak dan bengik.

Di balik angka yang kau genggam,
Ada kuasa yang menyusun malam.
Kertas dicetak, nilai dititip,
Hanya ilusi, tak berprinsip.

Islam menetapkan emas dan perak,
Sebagai timbangan yang tak retak.
Namun dunia menolak hikmah,
Menukar haq dengan muslihat.

Negeri kaya hasil bumi,
Namun tertawan sistem keji.
Rupiah loyo, rakyat menangis,
Keadilan sirna, harapan miris.

Wahai pemilik nurani suci,
Sampai kapan diam dan sunyi?
Saatnya sadar, saatnya bangkit,
Genggam haq, luruskan niat.

Sebab yang lemah bukan hanya Rupiah,
Tapi kita, yang lalai dan pasrah.
Kini saatnya tegak berdiri,
Menggenggam harga diri negeri.

80 Warga Palestina Tewas Akibat Serangan Udara Israel Sehari Penuh

JAKARTAMU.COM | Hujan kematian berulang kali turun dari langit Gaza. Namun seperti biasa, dunia tetap bungkam. Serangan udara Israel tak...
spot_img
spot_img

More Articles Like This