Minggu, Desember 8, 2024
No menu items!

Sekolah Syiar Dakwah Persyarikatan

Ketika sekolah nonmuslim dengan alasan menyebarkan kasih menerima siswa muslim mengapa sekolah Muhammadiyah tidak juga demikian?

Must Read

PADA awal tahun 2000-an, cukup banyak orang tua muslim yang umumnya berlatar belakang kalangan ekonomi menengah ke atas, tanpa ragu menitipkan atau menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah Kristen atau Katolik

Rata-rata alasan mereka sederhana. Mereka merasa, terutama katolik, fasilitasnya terjamin, tata tertibnya sangat bagus sehingga lingkungannya mendukung untuk pendidikan anak. Bahkan lulusan sekolah Kristen terukur kompetensinya.

Kini, sudah banyak sekolah-sekolah Islam yang unggul, termasuk di dalamnya sekolah Muhammadiyah.

Ada pengalaman menarik ketika mengunjungi SD Sinar Darma pada 2019. Sekolah swasta elite di kawasan Jakarta Barat ini berada di bawah binaan Yayasan Budhis. Kepala sekolahnya, Ibu Kris, seorang Keturunan Tionghoa

Walaupun di bawah Yayasan Budhis, sekolah ini menerima siswa dari semua agama, tak terkecuali Islam. Tak heran sebagian guru sekolah ini juga muslim. Malah, guru perempuan muslimnya 100% berhijab .

Kompleks pendidikan yang terdiri atas SD, SMP, dan SMA ini juga tersedia musala untuk beribadah para guru, karyawan dan para siswa/i muslìm. Pelajaran agama diajarkan guru agama Islam, sebagaimana halnya ada guru Kristen Protestan dan Katolik, walaupun 85% siswa sekolah ini beragama Budha.

Baca juga: Zero Hunger Zero Hero

Hal ini mengingatkan apa yang dilakukan Muhammadiyah di kawasan timur Indonesia. Kampus dan sekolah-sekolah Muhammadiyah di sana mayoritas mahasiswa dan siswanya nonmuslim.

Peran dan kiprah yang luar biasa membuat Muhammadiyah kian cosmopolitan, yang pada akhirnya melahirkan fenomena Kristen Muhammadiyah (Krismuha), istilah yang diperkenalkan Abdul Mu’ti, sekum PP Muhammadiyah yang sekarang menjabat Mendikdasmen. Isitilah ini merujuk pada orang Kristen yang menjadi simpatisan Muhammadiyah.

Istilah itu lahir dari hasil penelitian yang dilakukan Mu’ti dan Fajar Riza Ulhaq. Lalu disusun dalam buku utuh berjudul Kristen Muhammadiyah: Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan.

Dari pengalaman menarik ini, lahir pemikiran bahwa sekolah di bawah naungan Persyarikatan, khususnya di DKI Jakarta, tak ada salahnya menjadi pioneer untuk membuka PPDB untuk menerima siswai nonmuslim

Ketika sekolah nonmuslim dengan alasan visi misi menyebarkan kasih untuk semua umat tanpa melihat agama, status sosial, dan golongan, menerima siswa muslim mengapa sekolah Muhammadiyah tidak juga demikian?

Kalau perlu ada beasiswa khusus bagi pelajar nonmuslim yang belajar di sekolah Muhammadiyah, sebagai syiar dakwah persyarikatan.  

Gerindra Bersiap Gugat Hasil Pilgub Jakarta

JAKARTAMU.COM | DPP Partai Gerindra melalui Lembaga Advokasi Hukum bakal mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) terkait pelaksanaan Pilgub...

More Articles Like This