SAUDARAKU,
Di jalan sunyi yang penuh makna,
Hidup bukan sekadar derai kata,
Namun amal yang menggurat surga,
Dan diam yang bernilai pahala.
Tinggalkanlah jejak yang fana,
Dalam bisu, lisan bisa berdosa,
Dalam tawa, bisa tersembunyi luka,
Maka jagalah, sebelum terlupa.
Lisankan hanya yang menyejukkan,
Bukan bara yang menyulut kebencian,
Karena setiap ucapan terekam rapi
oleh malaikat yang tak pernah lalai menepi.
Tak terhitung detik yang melayang,
Maka sisipkan makna di setiap peluang.
Jangan biarkan waktu tertipu
oleh obrolan tanpa arah, tanpa tujuan yang dituju.
Sedikit bicara, banyak bekerja,
Itulah ciri muslim yang dewasa,
Yang tahu bahwa dunia sementara,
Dan akhirat adalah rumah yang sebenarnya.
Waspadalah pada yang tak berfaedah,
Meski tampak ringan, ia bisa membawa parah.
Karena sia-sia bukan tanpa dosa,
Ia mencuri waktu, menggerus pahala.
Lihatlah bagaimana sabda mulia,
Menuntun pada hidup yang sederhana:
Sedikit makan, tidur, dan bicara—
Itulah cinta Allah yang nyata.
Jangan kau kira diam tak berdampak,
Justru di situlah keikhlasan menapak.
Diam bukan lemah, tapi bijak,
Jika tak bermanfaat, mengapa dibajak?
Maka saudaraku, bangkitlah dari lalai,
Isi hari-harimu dengan amal yang damai.
Ajak pada kebaikan, cegah kemungkaran,
Itu bukan sia-sia, tapi jalan keselamatan.
Karena surga tak dijanjikan
untuk lidah yang ringan dalam candaan,
melainkan untuk hati yang lapang,
yang menakar ucapan, menimbang tangan.
Ya Allah, tuntun kami di jalan cahaya,
Agar tak terperosok dalam hal sia-sia.
Jadikan hari-hari kami bermakna,
Untuk dunia yang baik dan akhirat yang mulia.