Rabu, Mei 14, 2025
No menu items!

Antara Syukur dan Sabar

Must Read

TIDAK ada satu peristiwa pun dalam hidup ini yang terjadi secara kebetulan. Tidak ada satu langkah pun yang tersesat dari rencana-Nya. Bahkan helai rambut yang gugur, hujan yang jatuh setetes, detik yang berlalu dengan senyap, semuanya sudah dalam catatan Allah sejak lama. Kita hanya sedang menapaki apa yang telah digariskan.

Allah Ta’ala berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

“Tiada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid: 22)

Saat hidup terasa ringan, hati dilimpahi kegembiraan, doa-doa terkabul, dan jalan terbuka lebar, itulah saatnya kita bersyukur. Karena kebahagiaan bukan hanya anugerah, tapi juga ujian tersembunyi. Allah ingin melihat: apakah kita akan bersyukur atau lalai.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (QS. Ibrahim: 7)

Syukur bukan hanya ucapan “Alhamdulillah” di bibir. Ia tercermin dari sikap hati, lisan yang tidak mengeluh, dan amal yang makin mendekat pada Allah. Kita bersyukur bukan karena hidup tanpa cela, melainkan karena sadar: segala yang baik datang dari-Nya, dan itu cukup.

Sebaliknya, ketika kehidupan menampilkan wajah yang kelam—ujian datang silih berganti, harapan terasa remuk, dan hati terperosok dalam lara—saat itulah Allah sedang melatih kesabaran kita. Bukan karena Allah benci, tetapi justru karena Dia ingin menaikkan derajat kita.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan perkara orang beriman. Sesungguhnya seluruh urusannya adalah baik, dan itu tidak dimiliki oleh siapa pun selain orang beriman. Jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu juga baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

Sabar bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan tetap bergerak walau terseok, tetap berdoa meski belum terkabul, dan tetap percaya bahwa Allah tidak tidur. Sabar adalah ketika kita tahu: ada hikmah yang lebih besar daripada sekadar rasa nyaman.

Kita dilatih untuk bersyukur agar tidak pongah ketika nikmat datang. Dan kita diuji dengan kesulitan agar tidak lupa bahwa dunia ini tempatnya ujian, bukan balasan. Semua sudah ditakar, tidak lebih, tidak kurang. Allah Maha Adil.

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)

Dengan syukur, nikmat terasa cukup. Dengan sabar, luka terasa ringan. Bersyukur dan bersabar bukanlah dua hal yang terpisah, melainkan dua sisi dari iman yang kokoh. Seorang mukmin sejati tak pernah merasa kalah, karena dalam lapang ia dekat, dalam sempit ia kuat.

Kita tidak bisa memilih semua jalan hidup. Tapi kita bisa memilih untuk menyikapinya dengan iman. Tidak ada yang datang secara kebetulan. Semua sudah dirancang oleh Allah dengan sempurna. Yang baik melatih kita untuk bersyukur. Yang kurang baik, melatih kita untuk bersabar. Dan keduanya, jika dijalani dengan ikhlas, akan menuntun kita menuju rida Allah. (*)

Pagar Laut yang Terlupakan (4): Menantang Ombak Kekuasaan

MALAM itu, setelah iring-iringan mobil preman menghilang dari jalanan desa, warga masih berjaga di sekitar mushala. Wajah-wajah mereka dipenuhi...
spot_img
spot_img

More Articles Like This