REZEKI adalah perkara yang sering mengusik hati manusia. Banyak yang risau, gelisah, dan tak jarang putus asa. Namun, Islam mengajarkan kita untuk menenangkan hati, sebab rezeki adalah bagian dari takdir yang telah ditentukan oleh Allah jauh sebelum kita lahir. Yang diminta dari kita hanya ikhtiar dan tawakal, bukan kecemasan yang berlebih.
Dalam hidup ini, salah satu kegelisahan paling umum adalah tentang rezeki. Apakah kita akan cukup makan? Cukup sandang? Cukup tabungan? Kekhawatiran seperti itu manusiawi, tapi jangan sampai menggerogoti iman. Sebab Allah telah menegaskan bahwa rezeki setiap makhluk sudah ditentukan. Tak perlu kita sibuk mencemaskan yang sudah dijamin, hingga lupa untuk bersyukur, berikhtiar, dan berserah diri kepada-Nya.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 2653, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash)
Hadis ini cukup menjadi penyejuk hati yang gelisah. Bahwa segala ketetapan, termasuk rezeki, telah Allah rancang jauh sebelum semesta ini tercipta. Maka kenapa harus panik? Bukankah lebih baik memelihara keimanan, memperbaiki akhlak, dan memperkuat usaha sembari menyerahkan hasil pada-Nya?
Ibnul Qayyim rahimahullah pernah memberi nasihat menyejukkan:
“Fokuskanlah pikiranmu untuk memikirkan apapun yang diperintahkan Allah kepadamu. Jangan menyibukkannya dengan rezeki yang sudah dijamin untukmu. Karena rezeki dan ajal adalah dua hal yang sudah dijamin, selama masih ada sisa ajal, rezeki pasti datang. Jika Allah dengan hikmahNya berkehendak menutup salah satu jalan rezekimu, Dia pasti dengan rahmatNya membuka jalan lain yang lebih bermanfaat bagimu.”
Pernahkah kita menyadari bahwa rezeki itu tidak selalu berupa materi? Kesehatan, ketenangan, anak saleh, sahabat baik, istri atau suami yang setia semuanya adalah bentuk rezeki yang tak terhitung. Dan Allah menurunkan rezeki itu dengan penuh kebijaksanaan. Tidak semua orang diberi berlebih, sebab Allah Maha Tahu bahwa kelebihan juga bisa menjadi ujian yang berat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
“Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syuraa: 27)
Ayat ini adalah peringatan sekaligus pelipur lara. Kadang kita melihat orang lain berlimpah harta, lalu merasa iri atau merasa hidup tak adil. Tapi siapa yang tahu apakah harta itu sedang mengangkat mereka atau justru menjatuhkan mereka? Siapa tahu, kekurangan kita hari ini justru menyelamatkan iman kita?
Rezeki tidak selalu tentang apa yang kita miliki, tapi bagaimana kita meresponsnya. Ada yang diberi sedikit namun penuh syukur, hidupnya tenteram. Ada yang diberi banyak tapi hatinya gersang, tak tahu puas.
Maka tugas kita bukan mengejar rezeki sampai melupakan Allah, tapi mengejar Allah dan percaya bahwa rezeki akan datang bersama-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda:
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُو خِمَاصًا، وَتَرُوحُ بِطَانًا
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Allah akan memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung. Pagi hari ia pergi dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi, no. 2344. Hasan sahih)
Burung tidak duduk diam, ia keluar dari sarangnya. Tapi ia juga tidak membawa kalkulator atau perhitungan rumit. Ia berusaha dan yakin. Begitulah semestinya kita. Kerja keras, niat baik, sabar dalam proses, dan tawakal di ujungnya.
Saat melihat orang lain sukses, doakan, jangan dengki. Saat diuji kekurangan, sabar dan yakinlah bahwa rezeki tak pernah tertukar. Allah Maha Adil dan Maha Tepat dalam membagi.
Akhirnya, mari kuatkan hati. Kita tidak sedang mengejar dunia, kita sedang menuju akhirat. Dunia hanya tempat singgah, rezeki hanya bekal perjalanan. Jangan sampai risau pada bekal, hingga lupa pada tujuan.
وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ
“Dan di langit terdapat rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS. Adz-Dzariyat: 22)
Maka yakinlah, yang menjamin rezekimu bukan pasar, bukan bosmu, bukan jabatanmu, tapi Rabb yang menciptakanmu. (*)