DALAM hiruk pikuk kehidupan sosial, kita sering tergerak untuk memberi bantuan kepada orang yang jauh dari keluarga. Kita rela menyumbang untuk orang asing, menyisihkan rezeki untuk kaum duafa, atau terlibat dalam berbagai program sosial yang menjangkau masyarakat luas. Namun, tanpa disadari, terkadang ada orang-orang terdekat yang justru luput dari perhatian kita: saudara kandung kita sendiri. Kakak, adik—mereka yang tumbuh bersama kita sejak kecil, berbagi atap, tawa, dan luka, mungkin sedang menanggung beban dalam diam.
Allah Ta’ala telah meletakkan dasar yang agung dalam hubungan keluarga. Silaturahmi bukan hanya hubungan sosial, tetapi kewajiban syar’i yang mendatangkan ridha Allah dan pahala berlipat ganda. Sedekah kepada orang lain tentu bernilai besar, tetapi sedekah kepada saudara sendiri memiliki keutamaan yang istimewa. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Salman bin ‘Amir radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
«الصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِينِ صَدَقَةٌ، وَهِيَ عَلَى ذِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ: صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ»
”Sedekah kepada orang miskin adalah (bernilai) sedekah, dan sedekah kepada kerabat adalah (bernilai) dua: sedekah dan silaturahmi.” (HR. Tirmidzi no. 658, hasan sahih)
Hadits ini menegaskan bahwa sedekah kepada keluarga—termasuk kepada saudara kandung—tidak hanya bernilai satu kebaikan, tetapi dua kebaikan sekaligus. Pertama, karena kita membantu meringankan beban orang lain. Kedua, karena kita menyambung tali silaturahmi yang merupakan perintah Allah dan bagian dari iman.
Bahkan dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan kita untuk memperhatikan keluarga terlebih dahulu sebelum yang lain:
وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ
”Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, kepada orang miskin, dan kepada orang yang dalam perjalanan.” (QS. Al-Isra’: 26)
Urutan dalam ayat ini bukan tanpa makna. Allah mendahulukan kerabat dalam pemberian hak, sebelum orang miskin dan musafir. Ini menunjukkan urgensi membantu keluarga terlebih dahulu. Sayangnya, kita kadang lebih mudah berderma kepada yang jauh daripada yang dekat. Kita malu membantu kakak karena gengsi. Kita takut dianggap sok kaya jika memberi adik. Padahal, bisa jadi mereka hanya butuh sekadar perhatian, bantuan yang tidak perlu diumumkan, yang cukup disampaikan dengan lembut dan penuh kasih.
Rasulullah ﷺ juga pernah bersabda kepada seseorang yang ingin bersedekah:
«ابدأْ بمن تَعُول»
”Mulailah (sedekah) dengan orang yang menjadi tanggunganmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menyiratkan hikmah mendalam bahwa kebaikan paling utama adalah kebaikan yang dimulai dari rumah. Karena bagaimana mungkin seseorang bisa menjadi cahaya bagi dunia jika ia tidak mampu menerangi keluarganya sendiri?
Sedekah kepada saudara juga bisa merajut kembali hubungan yang renggang. Bisa jadi ada adik yang tersinggung, atau kakak yang merasa dilupakan. Dengan uluran tangan, tak hanya rezeki yang mengalir, tapi juga cinta dan kedamaian. Jangan menunggu mereka meminta. Karena tidak semua orang bisa mengutarakan kesulitan mereka, apalagi kepada orang terdekat yang mungkin mereka segani.
Sungguh, dalam setiap rizki kita ada hak untuk saudara kita. Dan betapa beruntungnya orang yang menyadari ini, lalu memberikannya tanpa diminta, dengan penuh keikhlasan.
وَمَا تُنفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللّهَ بِهِ عَلِيمٌ
”Dan apa saja yang kamu nafkahkan dari kebaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 273)
Maka mari kita buka mata dan hati. Mungkin ada kakak yang sedang butuh biaya sekolah anak-anaknya. Mungkin ada adik yang baru dirumahkan dari pekerjaannya. Atau mereka hanya butuh didengarkan dan dipedulikan. Jangan biarkan mereka menjadi “kaum yang terabaikan” di rumah sendiri. Dan jangan tunggu datang penyesalan karena lalai pada mereka yang dulu tumbuh bersama kita.
Bersedekahlah kepada saudaramu, karena itu bukan hanya soal memberi, tapi soal membuktikan bahwa cinta keluarga bukan sekadar kata-kata.
Ingin saya tutup dengan firman Allah yang penuh cahaya:
وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ
”Dan orang-orang yang menghubungkan apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, mereka takut kepada Rabb-nya dan takut kepada hisab yang buruk.” (QS. Ar-Ra’d: 21)
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang yang peka terhadap keluarga sendiri, dan menjadikan setiap sedekah kita sebagai sebab turunnya rahmat dan keberkahan. Aamiin.