Senin, Mei 5, 2025
No menu items!

Jangan Mengumbar Aib Orang Lain

Must Read

ADA sebuah larangan yang sering terlupakan di zaman ketika informasi menyebar begitu cepat saat ini, yaitu mengumbar aib sesama. Dalam Islam, menutup aib orang lain adalah salah satu bentuk kasih sayang dan penghormatan yang sangat ditekankan. Sebaliknya membuka aib orang lain, apalagi sengaja mencari-carinya, adalah perbuatan tercela yang bisa mendatangkan murka Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Tidaklah seorang hamba menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat nanti.” (HR. Muslim)

Hadis ini tidak hanya sekadar pesan moral, tetapi janji dan ancaman nyata. Jika hari ini kita menahan lidah dari membicarakan keburukan orang lain, Allah akan menahan keburukan kita agar tidak terbuka di hari yang seluruh manusia mengharapkan rahmat dan perlindungan.

Di hadis lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

“Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat.” (HR. Muslim)

Bayangkan, hanya dengan menjaga mulut dari membocorkan keburukan orang lain, seseorang bisa mendapatkan perlindungan dari Allah, tidak hanya di dunia ini yang fana, tapi juga di akhirat yang kekal. Bukankah ini adalah investasi kebaikan yang luar biasa?

Sayangnya, kita hidup di zaman di mana aib orang justru dijadikan konsumsi publik. Di media sosial, di grup chat, bahkan dalam obrolan santai. Padahal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memperingatkan secara keras:

يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ الْإِيمَانُ قَلْبَهُ، لَا تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ، وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ، فَإِنَّهُ مَنِ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَاتَهُ، وَمَنْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ

“Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya, namun iman belum masuk ke dalam hatinya, jangan kalian menggunjing kaum muslimin dan jangan mencari-cari aib mereka! Karena siapa yang mencari-cari aib kaum muslimin, Allah akan mencari-cari aibnya. Dan siapa yang dicari-cari aibnya oleh Allah, niscaya Allah akan membongkarnya di dalam rumahnya sendiri.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud, hasan shahih)

Peringatan ini bukan hanya untuk orang yang suka bergunjing, tapi juga bagi mereka yang diam-diam suka mengintip dan mencari kesalahan orang lain. Padahal sejatinya, setiap manusia memiliki cacat dan celah. Bahkan para ulama salaf terdahulu sangat berhati-hati dalam menilai orang lain.

Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah pernah berkata: “Jangan kau sibukkan dirimu mengurusi aib orang lain, karena sesungguhnya waktu yang engkau habiskan untuk menambal aibmu sendiri pun tidak akan cukup.”

Islam mengajarkan sikap empati dan kasih sayang. Kita diminta agar bersikap seperti tabir penutup, bukan lensa pembesar. Jika pun kita mengetahui kesalahan orang lain, tidak berarti itu harus diumbar. Ada cara yang lebih bermartabat, yaitu dengan menasihati secara rahasia dan menjaga marwahnya. Bukankah kita sendiri tidak ingin jika aib kita dibuka lebar-lebar di hadapan orang banyak?

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا

“Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan jangan menggunjing satu sama lain.” (QS. Al-Hujurat: 12)

Ayat ini turun dalam konteks sosial, mengatur adab dalam pergaulan dan hubungan sesama. Jika ingin hidup dalam masyarakat yang damai dan saling menghormati, maka menjaga lisan dan mata dari mencari-cari kesalahan orang lain adalah fondasinya.

Menutup aib itu adalah bentuk ibadah yang mungkin tidak tampak, tetapi berbalas kebaikan yang sangat besar. Betapa banyak orang yang selamat dari kehancuran hidupnya hanya karena ada satu orang yang menahan diri untuk tidak menyebar aibnya. Dan betapa banyak pula orang yang akhirnya jatuh martabatnya, bukan karena kesalahannya sendiri, tapi karena kesalahan orang lain yang tidak bisa menjaga lisan.

Mari jadikan diri kita sebagai penjaga rahasia saudara kita, bukan pembuka pintu kehancurannya. Karena siapa yang menjaga kehormatan saudaranya, Allah akan menjaga kehormatan dirinya. Dan siapa yang menjadikan hidupnya sebagai ladang menanam kebaikan diam-diam, maka ia akan menuai kebaikan terang-terangan di dunia dan akhirat.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang beradab dalam pergaulan, berakhlak dalam bertutur, dan bijak dalam menilai. Karena di balik setiap aib yang kita tutupi, ada pahala yang mungkin lebih besar dari sekadar amalan lisan yang kita lafazkan. Dan siapa tahu, kita bisa masuk surga bukan karena banyaknya amal, tapi karena satu kebaikan yang kita lakukan: menutup aib orang lain. (*)

Ketika Dusta Telah Dibingkai dengan Pembenaran

SAAT dusta disulam dalam kata, dibingkai rapi atas nama logika, kebenaran terdiam dalam luka, menggigil di ujung suara yang dibungkam dunia. Saudaraku, ini bukan...
spot_img
spot_img

More Articles Like This