BERUNTUNGLAH engkau, wahai jiwa penjaga,
Yang tangannya bagai kunci surga;
Membuka pagi dengan derai kebaikan,
Menutup malam dari jejak kejahatan.
Lihatlah para Nabi, lentera zaman,
Mereka pengawal gerbang kebenaran;
Nuh dengan bahtera melawan gelombang,
Menyelamat iman dari karam yang datang.
Ibrahim menegakkan kiblat harapan,
Menggugurkan berhala dalam satu hentakan;
Ka’bah berdiri—tanda cahaya,
Menutup syirik, membuka doa.
Musa membelah laut kebebasan,
Menggiring umat dari perbudakan;
Firaun tenggelam bersama kelam,
Sedang Yusuf adil di singgasana diam.
Muhammad, mentari segala risalah,
Menjaga umat dari nyala musibah;
Seperti laron menuju bara,
Beliau menarik kita dari neraka.
Wahai saudaraku, kenalilah yang hak,
Kunci itu tak sembarangan teretak;
Tauhid kunci menuju Jannah,
Maksiat membuka jalan musibah.
Shalat berawal dari bersuci,
Ilmu tumbuh dari tanya yang jernih;
Syukur menambah nikmat hidup,
Sabar menjadi jembatan tak runtuh.
Zuhud pada dunia memuliakan akhir,
Tadabbur Al-Qur’an menghidupkan batin;
Istighfar membawa rezeki turun,
Ketaatan memahkotai insan.
Namun awaslah pada kunci-kunci kelam,
Khamr meretakkan sendi-sendi malam;
Dusta melahirkan kemunafikan,
Syirik menumbuhkan dosa tak terampunkan.
Jadilah engkau, wahai insan merdeka,
Penjaga gerbang dari dusta dan luka;
Tegakkan amar yang ma’ruf dan benar,
Tutup kemungkaran yang hendak menyebar.
Tauhid adalah cahaya permulaan,
Kunci segala amalan dan harapan;
Jangan biarkan syirik mencuri ruh,
Sebab padanya kemurkaan Allah luruh.
Kita adalah umat terbaik pilihan,
Yang menyeru pada iman dan kebaikan;
Menghalau gelap dengan lentera amal,
Menghentikan derita dengan seruan halal.
Semoga Allah tetapkan kita pada jalan,
Menjadi kunci bagi segala harapan;
Membuka surga lewat laku dan lisan,
Menutup neraka dengan amal dan iman.