KEPULAUAN SERIBU, JAKARTAMU.COM | Prof. Dr. Bunyamin, M.Pd.I. mengingatkan aktivis Muhammadiyah hendaknya selalu meluruskan niat dalam berorganisasi, yakni semata-mata sebagai bentuk ibadah kepada Allah.
“Orang yang bermuhammadiyah punya niat selain ibadah, maka dia yang pertama kali akan kecewa dan frustrasi. Jadi harus lurus, niat bermuhammadiyah itu hanya untuk ibadah,” tegas Prof. Bunyamin saat memberikan pengarahan pada Upgrading atau pembekalan bagi jajaran pimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah Kepulauan Seribu di lantai dua Kantor Bupati Kepulauan Seribu, Sabtu (10/5/2025).
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta ini selanjutnya mengatakan dalam mengelola organisasi, pujian tidak selalu datang meski telah berprestasi. Sebaliknya, jika melakukan kesalahan, siapapun harus siap menerima kritik dan bahkan makian. “Itulah konsekuensi dalam berorganisasi,” katanya.

Ia menekankan bahwa tujuan utama Muhammadiyah bukanlah untuk menjadi organisasi besar dalam ukuran material atau jumlah amal usaha. “Kita berorganisasi di Muhammadiyah bukan untuk membesarkan Muhammadiyah, tapi untuk menegakkan agama Islam agar terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,” ujarnya.
Prof. Bunyamin menjelaskan bahwa ribuan sekolah, rumah sakit, dan perguruan tinggi yang dimiliki Muhammadiyah bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana dakwah. Oleh karena itu, amal usaha Muhammadiyah harus dikelola oleh mereka yang memahami dan menjiwai gerakan dakwah Muhammadiyah.
“Kalau tidak, akan salah kaprah dan salah arah,” katanya.

Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah masyarakat yang hidup berdasarkan nilai-nilai Al-Qur’an dan Sunnah. Nilai-nilai tersebut, kata Prof. Bunyamin, bukan hanya tampak saat beribadah, tetapi justru ketika seseorang menjalani kehidupan sehari-hari setelah ibadah mahdhah selesai.
“Jadi, kalau mau melihat Islamnya seseorang, bukan di masjid, tapi di pasar, di kantor, di tempat kerjanya, dan dalam hidup bermasyarakat. Di situ baru tampak siapa yang benar-benar berislam,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan agar ibadah mahdhah (ritual), seperti salat, tidak dijadikan satu-satunya indikator ketakwaan. “Salat itu sarana, bukan tujuan. Tujuannya adalah takwa, dan takwa itu ada ukurannya di Al-Qur’an,” tambahnya.
Menutup pernyataannya, Prof. Bunyamin menyebut bahwa gerakan sosial seperti yang diajarkan dalam Surah Al-Ma’un menjadi ciri khas dakwah Muhammadiyah. Hal itu tercermin dalam ideologi Muhammadiyah yang inklusif dan menjalin hubungan baik dengan siapa saja, termasuk non-Muslim, dalam konteks kemanusiaan.
“Dokumen ideologi Muhammadiyah itu jelas. Kita bergaul dengan siapa saja, bukan hanya dengan ormas Islam,” ujarnya.

Proses Penguatan Kapasitas dan Pemantapan
Upgrading atau pembekalan yang diselenggarakan PWM dan PWA DKI Jakarta diikuti calon pimpinan dari tingkat daerah dan cabang Muhammadiyah serta Aisyiyah di wilayah Kepulauan Seribu, sebagai bagian dari proses penguatan kapasitas dan pemantapan peran kepemimpinan dalam menjalankan dakwah amar ma’ruf nahi munkar di wilayah kepulauan.
Ketua PWM DKI Jakarta, Dr. Akhmad H. Abubakar, MM, mengatakan upgrading dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan pengarahan kepada para pimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah Kepulauan Seribu agar lebih meningkatkan kualitas dan keterampilan mereka.
“Saya sangat mengapresiasi semangat dan antusiasme para peserta. Mereka begitu bersemangat mengikuti kegiatan ini,” katanya.
Dalam sesi sore hari, para peserta juga diajak menyanyikan lagu “Sang Surya”, lagu kebanggaan Muhammadiyah. Begitu juga dengan peserta dari Aisyiyah, mereka menyanyikan lagu “Mars Aisyiyah” bersama-sama.
Akhmad H. Abubakar melihat para peserta melakukannya dengan penuh semangat, terutama di bawah arahan Dr. Nurlina Rahman. “Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kami, karena baik Muhammadiyah maupun Aisyiyah Kepulauan Seribu bisa menunjukkan eksistensinya secara nyata di sini,” ujarnya.