ALLAH Maha Bijaksana dalam menyusun kehidupan hamba-hamba-Nya. Salah satu bentuk kasih sayang-Nya adalah dengan menyembunyikan takdir. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok, bahkan semenit lagi pun rahasia bagi kita. Allah ingin kita hidup dalam ikhtiar, bukan dalam kecemasan. Sebab, bila semua telah diketahui, hilanglah makna sabar, tawakal, dan harapan.
Takdir yang disembunyikan bukan untuk menyulitkan, melainkan untuk mengasah keyakinan. Maka, manusia yang beriman akan terus berusaha, berdoa, dan berserah, karena ia tahu bahwa hidup adalah perpaduan antara usaha dan rida. Ketika harapan tak sesuai kenyataan, ia tidak putus asa. Ia berdamai, karena memahami: qaddarallāhu wa mā syā’a fa‘ala Allah telah menetapkan dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi.
Allah berfirman:
وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌۭ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّۭ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Inilah rahasia takdir. Sesuatu yang tampak pahit bisa saja membawa kebaikan tersembunyi. Kita hanya diminta satu hal: terus berjalan, terus berserah. Sebab Allah tidak membebani hamba di luar batas kemampuannya. Allah mengetahui kelemahan dan potensi setiap makhluk-Nya. Bila kita diberikan satu musibah, itu berarti kita juga dibekali kemampuan untuk melewatinya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُن لِيُخْطِئَكَ وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُن لِيُصِيبَكَ
“Ketahuilah bahwa apa yang menimpamu tidak akan meleset darimu, dan apa yang meleset darimu tidak akan menimpamu.” (HR. Tirmidzi)
Takdir bukan sesuatu yang harus ditakuti. Justru ia menjadi ladang subur untuk menyemai amal saleh, doa, dan kesungguhan. Allah menyukai hamba yang tidak menyerah. Sebab, usaha adalah ibadah, dan berserah adalah ketundukan tertinggi. Maka ketika kita gagal, kita tidak hancur. Sebaliknya, kita semakin kuat, sebab kita punya pegangan: Qadarullah.
Dalam setiap kejadian, ada hikmah yang hanya bisa dibaca oleh hati yang jernih. Bahkan musibah pun bisa menjadi jalan pulang bagi hati yang selama ini jauh dari Allah. Dengan takdir, Allah mendidik kita untuk tidak bergantung pada dunia. Takdir yang getir membuat kita sadar: hanya kepada-Nya tempat bersandar.
Allah berfirman:
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَـٰبٍۢ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌۭ لِّكَيْلَا تَأْسَوْا۟ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا۟ بِمَآ ءَاتَىٰكُمْۗ
“Tiada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. (Kami jelaskan itu) agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.” (QS. Al-Hadid: 22–23)
Maka, apapun yang telah terjadi dalam hidupmu gagalnya rencana, kehilangan orang tercinta, runtuhnya harapan semuanya telah ditakar oleh Allah dengan sangat presisi. Tak ada satu pun yang sia-sia. Semua pasti berbuah kebaikan jika kita menerimanya dengan sabar dan iman.
Mari kita akhiri kegelisahan dengan kalimat yang diajarkan Rasulullah ﷺ saat ditimpa sesuatu yang tidak sesuai harapan:
قَدَّرَ اللَّهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ
“Allah telah menetapkannya, dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi.”
Dengan kalimat ini, kita belajar melepaskan beban, menatap hari esok dengan keteguhan, karena kita tahu: Allah tidak pernah menulis takdir tanpa cinta. (*)