Rabu, Juni 4, 2025
No menu items!
spot_img

Imam Ghazali: Mengenal Diri dengan Menyadari Memiliki Jasad dan Hati

Must Read
Miftah H. Yusufpati
Miftah H. Yusufpati
Sebelumnya sebagai Redaktur Pelaksana SINDOWeekly (2010-2019). Mulai meniti karir di dunia jurnalistik sejak 1987 di Harian Ekonomi Neraca (1987-1998). Pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Majalah DewanRakyat (2004), Wakil Pemimpin Harian ProAksi (2005), Pemimpin Redaksi LiraNews (2018-2024). Kini selain di Jakartamu.com sebagai Pemimpin Umum Forum News Network, fnn.co.Id. dan Wakil Pemimpin Redaksi Majalah FORUM KEADILAN.

JAKARTAMU.COM | Imam al-Ghazali mengatakan langkah pertama untuk mengenal diri adalah menyadari Anda memiliki jasad dan hati atau roh. Hati bukan sekadar daging di tubuh, tapi entitas yang menggunakan indera sebagai alat. Hati berasal dari dunia maya, bukan dunia nyata.

“Hati datang ke dunia ini seperti pelancong yang mengunjungi negeri asing untuk berdagang. Akhirnya, ia akan kembali ke asalnya. Mengetahui hakikat hati adalah kunci mengenal Tuhan,” tutur Al-Ghazali dalam bukunya berjudul “The Alchemy of Happiness” yang diterjemahkan Haidar Bagir menjadi “Kimia Kebahagiaan” (Mizan, 1979).

Anda bisa mendapatkan gambaran tentang roh dengan mengatupkan mata dan fokus pada diri sendiri. Namun, terlalu mendalami roh dilarang syariat. Al-Qur’an menyatakan, “Roh itu adalah urusan Tuhanku.” (QS 17:85)

Roh adalah esensi yang tidak terpisahkan dari dunia titah dan diciptakan, bukan abadi. Pengetahuan filosofis tentang ruh muncul dari disiplin dan kesabaran di jalan agama. Al-Qur’an mengatakan, “Siapa yang berjuang di jalan Kami, pasti akan Kami tunjukkan jalan yang lurus.” (QS 29:69)

Untuk melanjutkan perjalanan rohani, bayangkan jasad sebagai kerajaan dan jiwa sebagai rajanya. Indera dan fakultas lain adalah tentara. Nalar adalah perdana menteri. Nafsu adalah pemungut pajak dan amarah adalah polisi.

Nafsu sering ingin merampas untuk diri sendiri. Amarah cenderung kasar dan keras. Keduanya harus diatur oleh jiwa, bukan dikuasai. Namun, nafsu dan amarah tidak boleh dibunuh karena mereka punya fungsi penting.

Jika nafsu dan amarah menguasai nalar, jiwa akan runtuh. Jiwa yang membiarkan hal itu ibarat menyerahkan bidadari pada anjing atau muslim pada tirani kafir.

Kisah Sufi Syaikh Abdul Qadir: Tiga Guru dan Penunggang Bagal

JAKARTAMU.COM | Demikian mashyurnya Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani sehingga para mistikus berbagai aliran kepercayaan pun berbondong-bondong menyesaki aula pertemuannya,...
spot_img
spot_img

More Articles Like This